19 Januari 2010

Studi, Sisa-sisa Minyak Exxon Valdez


Bencana tumpahnya minyak ke laut oleh Exxon Valdez 1989 masih menyisakan kerusakan lingkungan. Sebuah studi menggungkap bahwa sisa minyak kini masih terperangkap di lapisan kerikil di pantai Alaska.


Seperti yang di publikasikan Nature Geoscience pada Januari 2010, tim peneliti menjelaskan bahwa minyak yang telah melewati permukaan tanah akan terserap 1.000 kali lebih lambat kemudian terjebak di lapisan kerikil. Kurangnya oksigen dan nutrisi lapisan kerikil dipastikan sebagai penyebab menyebarnya minyak.

Seperti diketahui, kapal tanker Exxon Valdez menumpahkan 38.000 ton minyak mentah ke Prince William Sound, Alaska setelah menabrak bukit karang. Kejadian ini dianggap sebagai salah satu bencana bocornya minyak terburuk dalam sejarah. Akibatnya, lebih dari 2.000 km luasan dari garis pantai terkena dampaknya. Ribuan burung laut dan industri perikanan paling merasakan akibatnya.

Lima tahun setelah bencana, minyak itu telah menyebar dengan laju sekitar 70% per tahun. Operasi pembersihan lalu diputuskan diakhiri pada 1992 dengan harapan sisa minyak dapat menyebar tidak lama ke beberapa tahun kemudian.

Warisan tersisa

Professor Michel Boufadel dari Universitas Temple, Philadelphia, AS melakukan penelitian selama tiga tahun. Ia melakukan pengumpulan data di sejumlah pantai untuk mengetahui sisa pencemaran. Hasil penelitian kemudian membeberkan, minyak menghilang hanya pada tingkat 4% per tahun dan sekitar 20.000 galon tetap menyelimuti pantai.

Profesor Boufadel, Direktur Center for Natural Resources Development and Protection universitas tersebut menjelaskan. Menurutnya, kerikil pantai di Alaska terdiri atas dua lapisan. Pada lapisan atas berkharaktersangat permeabel dan lapisan bawah justru sebaliknya, permeabilitas sangat rendah. Logikanya, lapisan bawah telah dipadatkan sebagai akibat pasang surut air laut.

"Anda memiliki jumlah oksigen tinggi di air laut, sehingga Anda akan berpikir bahwa oksigen akan berdifusi di pantai dan turun 5-10 cm ke lapisan bawah dan sampai ke minyak," jelas Prof Boufadel .

"Tapi gerakan alami di lapisan kerikil menghalangi oksigen untuk menyebar ke lapisan bawah,” tambahnya.

Para peneliti kemudian tertarik untuk mengetahui sebab minyak itu ‘terkunci’ di pantai. Alhasil diketahui salah satunya karena faktor biologi. Diketahui bahwa oksigen dan nutrisi itu dibutuhkan mikroorganisme untuk “menguraikan” minyak.

Nantinya, temuan awal ini diharapkan dapat diaplikasikan langsung untuk mengetahui kerentanan pantai di seluruh dunia akibat kontaminasi minyak. Selain itu, agar dapat memberi panduan mengenai pemulihan polusi minyak di pantai.

Kini, pekerjaan pun masih beranjut, Profesor Boufadel dan timnya sedang mencari cara untuk mengetahui tingkat oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan guna mempercepat pembuangan sisa minyak.

Sumber: BBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar